Dalam 45 tahun terakhir cuma tambal ban pekerjaan yang digeluti Mbah Waluyo. Namun dari kerja keras dan kegigihannya itu, anaknya bisa sekolah tinggi hingga bergelar dokter.
Dilansir dari detikcom, di sela-sela aktivitas kesehariannya menambal ban, Mbah Waluyo (69) menceritakan perjalanan hidup dan pekerjaan yang sudah dia jalani sejak 1975 itu.
Sempat bekerja pada sebuah pabrik di Jakarta, dia lantas memutuskan pulang ke kampung halamannya di kec. Delanggu, Kab. Klaten, Jawa Tengah, dan menjadi penambal ban.
“Saya anak dua, sudah berkeluarga semua. Yang sulung anak saya dokter, dulu tugas di Jakarta sekarang pindah ke Sumatera,” cerita Waluyo di lokasi usahanya di simpang empat Pasar Delanggu Jalan Yogya-Solo, Kota Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten.
Demi menopang kebutuhan sehari-hari dan memenuhi biaya pendidikan, Waluyo dibantu istrinya yang berjualan makanan.
Waluyo mengisahkan kalau anaknya yang kini menjadi dokter memang sudah pintar sejak kecil.
Saya nambal ban dan istri saya jual makanan untuk menabung karena anak-anak sekolahnya pinter. Sejak SMP anak saya yang dokter, Yulianto itu juara satu terus,” tutur Waluyo.
Waluyo juga menceritakan kalau Yulianto (anak pertamanya yang bergelar dokter) malah kerap membantunya bekerja saat masih SMP.
Yulianto bisa mengenyam pendidikan tinggi karena mendapat beasiswa. Itu diakui Waluyo banyak meringankan bebannya.
“Kuliah kedokteran juga dapat beasiswa jadi tidak semua saya yang biayai. Setelah jadi dokter, saya disuruh pensiun nambal ban, tapi saya tidak mau,” lanjut Waluyo.
Kini sudah berusia senja, Waluyo sempat diajak tinggal bersama anaknya. Namun dia mengaku tidak kerasan.
Saya merasa kerasan malah di sini nambal ban.
"Kalau kangen cucu ya nengok naik pesawat, tapi kalau diminta tinggal sama anak malah kurang kerasan,” ujarnya.
Kini selain menambal ban, dia dan istrinya Ngadinem juga bekerja menjaga parkir sepeda dan motor. Usaha tambal bannya setiap hari buka jam 05.00-19.00 WIB.
Seorang tetangga bernama Lilik mengatakan sosok Waluyo memang orang yang pekerja keras. Sampai anaknya jadi dokter dan putrinya jadi istri pejabat di Yogyakarta, Waluyo tetap tidak mau berhenti bekerja.